Saat Opini Publik
dan Mbah Google menjadi Dewa
Kehidupan manusia hari ini dengan segala peristiwa yang mengiringnya tidak bisa lepas dari media massa. Mari kita bandingkan, ummat manusia dulu jika menghadapi masalah apapun dalam kehidupan, mereka datang merujuk kepada para ulama, pendeta, biksu dan tokoh-tokoh agama masing-masing. Para tokoh agama selanjutnya memberi nasehat berdasarkan kitab-kitab suci yang ada di tangannya. Ketika yang berlaku masih seperti ini, tatanan kehidupan relatif “berjalan normal”. Namun apa yang terjadi hari ini, dengan dalih hak azasi, dan tuntutan gaya hidup modern, manusia telah menjadikan media massa sebagai rujukan kehidupan. Membaca berita, akses media online, update berita 24 jam adalah segelintir kegiatan yang menjadi amalan wajib. Bagi manusia moderen, media massa adalah sumber rujukan utama, dan bertanya ke “Mbah Google” menjadi pilihan pertama untuk mencari jawab semua permasalahan. Padahal adalah kenyataan, media tidak selalu memberikan informasi yang benar-benar berdasarkan fakta, media sering memanfaatkan kemampuan mereka sebagai pengendali opini publik untuk malah menyamarkan fakta yang ada dan menciptakan fakta-fakta yang mereka ulas berkali-kali seolah itu merupakan fakta yang benar. Dan dari sinilah opini publik berubah dan mulai tebentuk fakta baru yang bersesuaian dengan kepentingan para juragan sponsor media.