EBOLA
SI MUNGIL YANG BIKIN HEBOH DUNIA
Ebola, sudahkah anda kenal dengan pemilik nama ini? Kalau memang belum
kenalan, anda wajib membaca tulisan ini sampai tuntas. Bagimana tidak, si mungil
yang kita bicarakan ini telah menjadi buah bibir di seantero jagat. Saking
mungilnya tokoh kita ini, Anda memakai
katamata plus atau minus ukuran berapapun dijamin tidak bisa memandang
sosoknya. Namun jangan meremehkan sepak terjangnya. Makhluk super imut yang di KTP-nya bernama EBOLA
ini, kini menjadi salah satu tersangka kuat hilangnya nyawa lebih 1000 orang di wilayah Afrika.
Ebola adalah Virus
Harap diketahui lho .... pembunuh nomer wahid manusia ternyata bukannya raksasa “buto ijo”
atau monster luar angkasa yang ngetren di game-nya anak-anak. Dan pernahkah anda
membayangkan bahwa tubuh anda adalah “dunianya bermilyard-milyard
makhluk-makhluk mungil” yang satu diantaranya adalah tokoh kita kali ini? Ya... dialah virus Ebola.
Wabah virus ebola di Afrika Barat yang kini telah
menewaskan lebih dari 1.000 orang mengkhawatirkan banyak orang di dunia. Virus ebola
memang memiliki keganasan yang tinggi. Menurut Insititusi Kesehatan Nasional,
tingkat mortalitas pada wabah yang sekarang terjadi mencapai 60 persen.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai badan dunia yang
merasa paling bertanggungjawab terhadap pencegahan virus ini mengatakan bahwa uji
coba vaksin ebola baru akan dilakukan dalam waktu dekat
dan diharapkan vaksin ebola ini sudah bisa digunakan secara luas
pada awal tahun depan.
"Saya kini perkiraan ini cukup realistis,"
kata Asisten Direktur Jenderal WHO, Marie-Paulie Kieny kepada AFP.
Saat ini memang belum ditemukan obat atau vaksin
untuk ebola, salah satu virus paling mematikan di
dunia, namun Kieny berharap sebuah vaksin bisa segera digunakan.
Sementara itu, Jean-Marie Okwo Bele, kepala divisi
vaksin WHO, kepada radio RFI megatakan perusahaan farmasi Inggris
GlaxoSmithKline akan melakukan percobaan klinis vaksin ebola bulan depan.
"Karena wabah ebola ini merupakan situasi darurat, maka kami
bisa menggunakan prosedur darurat sehingga vaksin ini bisa diperoleh pada
2015," ujar Okwo Bele.
Sejak awal tahun ini virus ebola merebak dan menyebar dengan cepat di
Afrika barat dan telah menewaskan lebih 1.000 orang.
WHO telah menyatakan epidemi ebola yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir
ini menjadi keadaan darurat kesehatan internasional
Siapakah virus itu?
Virus adalah suatu kumpulan biomolekul yang sebenarnya tidak
memenuhi syarat-syarat untuk disebut sebagai makhluk hidup. Hanya saja, virus
punya beberapa ciri makhluk hidup, antara lain mampu berkembang biak. Caranya
berkembang biak? Menyusup ke sel-sel makhluk hidup, lalu menjajah alat-alat
reproduksi selnya untuk membuat VIRUS BARU! Ngeri khan! Kaya robot menjajah
pabrik mobil, trus alih-alih bikin mobil, pabrik itu disuruh bikin robot baru!
Virus menyerang semua sel hidup, tapi setiap virus punya jajahan
yang spesifik. Jadi virus yang menyerang sapi belum tentu bisa menyerang
manusia (meskipun mungkin saja ada). Virus-virus jahat yang menyerang manusia
biasa sulit diberantas (contoh penyakitnya: AIDS!, DBD, herpes, polio). Kalo
sudah terinfeksi, obatnya susah, tapi biasanya mengandalkan daya tahan tubuh si
penderita.
Nah, inilah metode yang digunakan vaksin. Vaksin memasukkan
bagian-bagian tubuh virus atau virus yang sudah dilemahkan (virus yang udah
kakek-kakek ^^) ke tubuh manusia. Tujuannya adalah agar tubuh kita membentuk
kekebalan akan virus tersebut. Ibaratnya dikasih musuh geblek dulu, biar tubuh
kita bentuk tentara pembasmi. Nah kalo virus-virus aslinya muncul, kita udah
bisa ngelawan, karena tubuh kita udah punya tentara pembasmi virus tersebut!
Nama biologi tentara pembasmi tersebut: ANTIBODI.
Virus secara biologi adalah makhluk yang
paling efisien, hanya dengan selubung (amplop) dan sedikit materi asam nukleat
(RNA atau DNA) ia bisa mengkopi diri di sel inang (host) atau menyisipkan diri
(insersi) dan memanfaatkan sistem enzim host (reverse
tarnscriptase/transkriptase terbalik) atau proses penyandian gen (transkripsi)
untuk memperbanyak diri. Tingkat patogenesitas atau kemampuan untuk menyebabkan
penyakitnya ditentukan oleh intensitasnya dalam menggandakan diri dan
menyabotase suplai nutrisi serta energi dari sel inang. Pada kasus-kasus
tertentu seperti Demam Berdarah Dengue, faktor yang menyebabkan fatalitas
justru sistem pertahanan tubuh kita sendiri yang bereaksi secara berlebihan.
Pada kasus hepatitis B kronispun demikian, pembentukan sirosis atau munculnya
jaringan ikat di hati diakibatkan karena adanya proses radang yang
berkelanjutan. Selain sebagai genomic library, virus yang bersifat bakteriofaga
dapat juga menjadi "predator" bagi bakteri. Pada beberapa riset
terkini virus juga digunakan sebagai vektor ekspresi dalam produksi beberapa
jenis protein, dapat pula dipergunakan sebagai media transfer gen antar
spesies. Yang jelas virus memiliki sistem cerdas yang mampu beradaptasi dan
bermutasi sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Ini Dia Pesaing Ebola
Meski demikian, para ahli tidak hanya
mengkhawatirkan ancaman ebola karena masih banyak virus lain yang jauh
lebih berbahaya. Menurut Cecilia Rokusek, ahli kesehatan masyarakat dari
Florida, ada beberapa virus yang menjadi sumber penyakit di negara berkembang.
Angka kematian akibat virus-virus ini cenderung lebih rendah dibanding Ebola, tetapi penyakit ini merupakan ancaman di negara berkembang dan membunuh lebih banyak orang setiap tahunnya.
Angka kematian akibat virus-virus ini cenderung lebih rendah dibanding Ebola, tetapi penyakit ini merupakan ancaman di negara berkembang dan membunuh lebih banyak orang setiap tahunnya.
Berikut kelima virus berbahaya tersebut:
1. Rabies
Virus ini
menyebar lewat air liur dan gigitan hewan yang terinfeksi rabies, seperti
anjing, monyet, atau kelelawar. Mereka yang digigit hewan harus langsung
menerima vaksin rabies untuk mencegah infeksi. Namun, tidak semua orang sadar
bahwa mereka telah tergigit, khususnya oleh kelelawar.
Rabies juga memiliki tingkat kefatalan tertinggi dari virus lain. Di AS, hanya tiga orang yang dapat bertahan hidup tanpa menerima vaksin setelah diserang virus tersebut. Menurut WHO, tiap tahunnya hampir 55.000 orang tewas karena rabies di Afrika dan Asia.
Rabies juga memiliki tingkat kefatalan tertinggi dari virus lain. Di AS, hanya tiga orang yang dapat bertahan hidup tanpa menerima vaksin setelah diserang virus tersebut. Menurut WHO, tiap tahunnya hampir 55.000 orang tewas karena rabies di Afrika dan Asia.
2.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Autoimmune Deficiency
Syndrome
(AIDS)
Walau jumlah
kematian karena HIV cenderung menurun beberapa tahun belakangan, pada tahun
2012, sebanyak 1,6 juta orang di seluruh dunia meninggal karena HIV dan AIDS.
Virus ini
menyerang sel imun tubuh seseorang dan melemahkan sistem pertahanannya.
Lama-kelamaan, penderita akan kesulitan untuk melawan penyakit-penyakit lain.
Jika sudah sampai pada tahap AIDS, penyakit flu pun bisa membuat penderita
meninggal dunia.
Sejak
penyakit ini ditemukan pada 1981, AIDS telah membunuh 650.000 orang di Amerika,
dan diperkirakan 36 juta orang di seluruh dunia. Meski hingga ini belum ada
obat untuk menyembuhkan HIV/AIDS, pemberian obat antiretroviral (ARV) bisa
membuat penderita hidup lebih lama.
3. Influenza
3. Influenza
Ya, flu
memang tidak seseram dua virus sebelumnya. Akan tetapi, influenza membunuh
lebih banyak orang setiap tahunnya dibanding ebola.
Jumlah persis korban yang meninggal memang masih dalam perdebatan, tetapi CDC
menduga angka kematian karena flu musiman di AS adalah 3.000 hingga 49.000 jiwa
per tahunnya.
Musim flu juga bervariasi mulai dari tingkat keparahan dan lamanya, tergantung jenis virusnya. Menurut CDC, wabah seperti influenza A (H3N2) membunuh dua kali lipat dibanding influenza A (H1N1) atau influenza B.
Musim flu juga bervariasi mulai dari tingkat keparahan dan lamanya, tergantung jenis virusnya. Menurut CDC, wabah seperti influenza A (H3N2) membunuh dua kali lipat dibanding influenza A (H1N1) atau influenza B.
Patut
diingat, influenza sangat menular. Diperkirakan 3 juta hingga 5 juta orang
sakit parah setiap tahunnya karena influenza. WHO mencatat 250.000 sampai
500.000 kematian per tahun karena flu. Virus ini lebih banyak menyebabkan
penyakit daripada membunuh. Meski demikian, para profesor dan dokter
menyarankan imunisasi flu tahunan sebagai langkah pencegahan.
Vaksin flu memberi imunitas dari influenza A atau B, tetapi virus juga bisa mengalami mutasi dan menghasilkan tipe baru. Pandemi influenza terbaru adalah swine flu atau flu babi.
Vaksin flu memberi imunitas dari influenza A atau B, tetapi virus juga bisa mengalami mutasi dan menghasilkan tipe baru. Pandemi influenza terbaru adalah swine flu atau flu babi.
3. Virus dari nyamuk
Virus ini
menyebar lewat gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. WHO dan CDC mencatat,
penyakit seperti DBD, demam kuning, ataupun West Nile virus
(WNV) telah membunuh 50.000 orang di seluruh dunia. Selain virus, parasit
penyebab malaria juga membunuh 600.000 orang tiap tahun.
CDC
memperingatkan bahwa 40 persen dari populasi dunia atau sekitar 2,5 juta orang
terancam bahaya serius tertular penyakit dari nyamuk. Mereka juga mengklaim,
penyakit DBD yang marak di Amerika Selatan, Meksiko, Afrika, Asia, termasuk
Indonesia, telah membunuh 22.000 orang per tahun.
Penyakit DBD
juga berpotensi menyebar antar-negara karena perpindahan manusia yang semakin
mudah. Lain cerita dengan WNV, virus yang menyerang saraf ini disebarkan oleh
nyamuk yang terinfeksi virus ini dari burung.
5. Rotavirus
5. Rotavirus
Virus yang
menyerang saluran pencernaan ini berakibat fatal pada anak-anak. CDC mengklaim,
terdapat hampir 111 juta laporan gastroentritis tiap tahun dari seluruh dunia.
Mayoritas dari penderita masih balita dan 82 persen kematian terjadi di negara
berkembang.
Vaksin untuk rotavirus sudah ditemukan di AS
pada 1998, tetapi ditarik kembali dari peredaran karena alasan keamanan.
Barulah pada 2006, sebuah vaksin ditemukan dan direkomendasikan bagi anak-anak
berusia dua bulan ke atas.
Meski kini beberapa jenis vaksin sudah dikembangkan untuk mencegah infeksi virus seperti DBD atau rotavirus, menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan keluarga wajib diperhatikan.
Meski kini beberapa jenis vaksin sudah dikembangkan untuk mencegah infeksi virus seperti DBD atau rotavirus, menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan keluarga wajib diperhatikan.
Vaksin Ebola
dari Tembakau
Guru Besar Bio Cell Universitas
Brawijaya Malang Profesor Sutiman mengungkapkan, tembakau yang tumbuh di
sejumlah wilayah di Tanah Air bisa untuk menangkal virus ebola yang saat ini sedang hangat
diperbincangkan dan belum ada obatnya.
"Virus ebola itu memang mirip penyakit HIV/AIDS yang masih belum ditemukan obatnya. Namun, untuk mencegah agar virus tersebut tidak sampai meluas, sebenarnya cukup mudah, yakni dengan tembakau yang diolah menjadi vaksin," kata Sutiman di Malang. Menurut Sutiman, virus ebola menular lewat kontak badan atau ludah dan bisa merusak sistem peredaran darah hingga pembuluh darah pecah. Gejala serangan virus ebola pada seseorang, di antaranya, ditandai dengan badan terasa panas selama dua hari hingga tiga pekan, tenggorokan sakit, otot linu-linu, kepala pening, muntah-muntah, dan diare.
"Virus ebola itu memang mirip penyakit HIV/AIDS yang masih belum ditemukan obatnya. Namun, untuk mencegah agar virus tersebut tidak sampai meluas, sebenarnya cukup mudah, yakni dengan tembakau yang diolah menjadi vaksin," kata Sutiman di Malang. Menurut Sutiman, virus ebola menular lewat kontak badan atau ludah dan bisa merusak sistem peredaran darah hingga pembuluh darah pecah. Gejala serangan virus ebola pada seseorang, di antaranya, ditandai dengan badan terasa panas selama dua hari hingga tiga pekan, tenggorokan sakit, otot linu-linu, kepala pening, muntah-muntah, dan diare.
Serangan virus ebola tersebut, kata pendiri Rumah Sehat
dengan terapi rokok itu, bisa mengakibatkan fungsi hati dan ginjal menurun
serta darah keluar dari kulit.
Berdasarkan catatan WHO dari 1.716 kasus
yang terkena virus ebola, 1.350 penderita di antaranya meninggal.
Warga meninggal akibat virus ebola tersebut menjangkit di Afrika Barat,
Brinee, Guinea, Sierra Leone, Liberia, Negeria, dan sejumlah negara di Benua
Afrika.
"Kalau melihat kondisi itu, kan
sangat mengerikan, apalagi obatnya belum ada dan belum ditemukan," ujar
Sutiman.
Lebih lanjut, Sutiman mengatakan bahwa
tembakau memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Hal itu sudah diketahui sejak
tembakau kali pertama ditemukan di Amerika Serikat. Sejak tahun 1500 M hingga
kini, orang-orang Eropa membawa tembakau Amerika itu ke Eropa untuk dibuat
menjadi obat.
Menurut dia, selain dipakai untuk
mengobati beberapa jenis penyakit, tembakau juga bisa dibuat menjadi vaksin
untuk mencegah virus ebola. Khusus virus ebola, di dalam tanaman tembakau tersebut
terdapat tobacco mosaic virus, dan itu bisa disisipi gen antibodi untuk
antiebola. Jadi, kata dia, tanaman tembakau
tersebut bisa memproduksi vaksin antiebola. "Oleh karena itu, kalau dipercaya
dan ditunjuk membuat vaksin tersebut, kami dari Universitas Brawijaya (UB)
Malang ini sangat siap," tekan dia.
Hanya, Sutiman mengatakan bahwa
pengembangan vaksin tersebut di pasaran sangat sulit. Persoalannya sangat
kompleks, meski dia yakin bahwa di balik kehebohan virus ebola itu akan muncul vaksin baru, seperti
vaksin meningitis yang sebelumnya juga ramai menjadi perbincangan, ketika
menjelang musim haji beberapa tahun lalu.
Menurut dia, Indonesia selalu menjadi
pasar potensial untuk vaksin virus ebola itu. "Bayangkan, berapa juta orang
yang harus divaksin. Itu kan binis. Padahal, pembuatan vaksinnya sangat mudah,
dan bahan bakunya dari tembakau yang tumbuh subur di Indonesia," kata dia.
Oleh karena itu, dia meminta semua
pihak, terutama pemerintah, tidak mudah termakan kampanye global yang bisa
memusnahkan kekayaan hayati tembakau di Indonesia karena Indonesia memiliki
varietas tembakau yang jenisnya banyak dan tidak dimiliki di belahan dunia
lain.
Ada jenis tembakau Indonesia yang tidak
bisa hidup di daerah lain, seperti tembakau madura, jember, dan tembakau
temanggung. Berdasarkan kondisi tersebut, wajar bila Belanda sangat senang saat
menjajah Indonesia sebab tembakau yang aslinya berasal dari Amerika Serikat,
lalu dibawa ke Eropa, itu sudah bisa dijadikan obat sejak tahun 1500 M.
Ia mengatakan, kondisi jangka panjang
dan dampak luasnya semestinya dipelajari agar tidak sampai merugikan negara,
seperti yang sudah terjadi pada minyak kelapa.
"Jadi, kampanye terkait dengan
tembakau ini jangan ngawur, apalagi sampai memusnahkannya karena
mematuhi ketentuan tar dan nikotin dunia yang sebenarnya hanya dilatarbelakangi
persaingan bisnis semata."