Peran Guru dalam Pembentukan Karakter
Dalam sambutan memperingati Hari Pendidikan
Nasional 2012, Menteri Pendidikan M. Nuh menyatakan bahwa
"Pendidikan" merupakan sistem rekayasa sosial terbaik untuk
meningkatkan kesejahteraan, keharkatan dan kemartabatan suatu bangsa.
Dan Guru,
merupakan tonggak utama dalam dunia pendidikan. Akan tetapi, masih ada ruang
yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kualitas dari aspek peranan guru.
Empat aspek tersebut meliputi, (1) kompetensi dalam pemahaman substansi bahan
ajar, (2) pedagogi, (3) kompetensi kepribadian, (4) kompetensi sosial. Selain
hal tersebut, seorang guru dituntut untuk mematuhi kode etik guru dan
prinsip-prinsip pofesonalitas sesuai dengan amanat perundang-undangan
Indonesia.
Dalam sistem pendidikan, guru merupakan elemen yang
sangat penting sebab ia akan memberikan pengaruh terhadap anak didiknya, baik
maupun buruk. Imam Az-Zarnuji dalam Ta’lim al Muta’allim menyatakan, bahwa
kriteria guru yang baik adalah, (1) menanamkan ilmu tauhid kepada anak didik,
(2) memiliki kepribadian yang tinggi, (3) penguasaan yang baik terhadap ilmu,
(4) kedisiplinan dalam mengajar, (5) tanggung jawab, (6) jujur dan (7) sabar.
Hal senada juga dinyatakan oleh Ibnu Khaldun dalam muqaddimah-nya. Ibnu
Atha’illah dalam Al-Hikam menambahkan, bahwa guru harus senantisa membimbing
anak didik dengan hatinya.
Sementara Ki Hajar Dewantara yang merupakan Bapak
Pendidikan Indonesia merumuskan "Tiga Asas Guru" melalui slogannya
yang terkenal, “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri
Handayani” (Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang
memberi dorongan). Guru yang seperti inilah, yang nantinya akan mengantarkan
anak didik menjadi manusia yang baik, beradab dan mempunyai semangat tinggi
dalam menuntut ilmu.
Krisis figur guru?
Berbagai permasalahan terkait pendidikan secara
umum, dan guru (pendidik) secara khusus memang tak akan ada habisnya. Namun,
contoh paling mudah dilihat yakni maraknya aksi tawuran antar pelajar sekolah
di berbagai daerah, baik siswa maupun mahasiswa. Maka muncul pertanyaan,
dimanakah peran guru? Apakah ini yang diajarkan oleh guru (baca: tawuran) di
kelas?
Memang tidak mungkin guru mengajarkan tawuran
kepada anak didiknya. Akan tetapi, sikap dan perilaku “kurang baik” seorang
guru tentu akan menjadi benih-benih perilaku “tidak baik” anak didiknya.
Sebagaimana pepatah mengatakan, “Jika guru kencing berdiri, murid kencing
berlari”.
Dengan demikian, merenungkan dan memahami kembali
nasihat Imam Az-Zarnuji Ibnu Khaldun, Ibnu Atha’illah dan Ki Hajar Dewantara tentang
fungsi, peran dan tugas guru merupakan suatu hal yang urgent. Hal tersebut
dalam posisinya sebagai pembentuk karakter peserta didik yang baik, beradab dan
mempunyai keinginan tinggi untuk mencari ilmu. Wallahu a’lam.
Dikutip dari www.replubika.co.id