Tempat yang Jauh Bernama Galaksi

               
Manusia adalah makhluk yang sangat kecil dan tidak berdaya diantara bentangan alam raya yang diciptakan Allohy, Dzat yang Maha Besar. Satu orang manusia hanyalah bagian dari kurang lebih 6.000.000.000 manusia lain yang sekarang hidup di muka Bumi. Bumi yang kita rasakan demikian luas, sebenarnya sangatlah kecil jika dibandingkan dengan matahari. Karena lebih satu juta benda sebesar Bumi dapat masuk ke dalam perut Matahari. Lalu Matahari yang begitu besar hanya laksana satu butiran debu saja di tengah-tengah gugusan 500.000 juta bintang di dalam Galaksi Bima Sakti. Padahal Galaksi Bima Sakti pun hanya seperti satu bongkahan kecil diantara 100.000 juta galaksi yang ada di hamparan alam raya. Maka, apalah arti satu orang manusia diantara luas dan besarnya bentangan alam raya yang diciptakan Alloh  ini? Pantaskah makhluk yang ternyata demikian kecil ini menyombongkan diri di hadapan Alloh?
Pembaca yang dimuliakan Alloh, dalam tafakur kali ini, kita akan sedikit meneropong hal ihwal galaksi dan bintang. Dengan Ini semua, semoga membawa hati kita untuk dapat merasakan tanda-tanda keagungan Alloh, sehingga memudahkan kita untuk dapat lebih menghamba kepada Dzat-Nya. Seperti yang Allohy firmankan dalam kitab-Nya:

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagimu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (Q.S. Fushilaat: 53).

Matahari sebagai Bintang
Jika bintang diartikan sebagai benda ruang angkasa yang dapat menghasilkan atau memancarkan energinya sendiri, maka Matahari adalah bintang yang paling dekat dengan Bumi kita. Berjarak kurang lebih 150 juta kilometer dari Bumi. Matahari adalah sumber energi yang utama bagi kehidupan di planet kita. Energi yang memancar dari permukaan Matahari sangat luar biasa besarnya. Dalam setiap detiknya permukaan Matahari menghasilkan energi yang besarnya sebanding dengan ledakan 500 juta bom atom. Energi yang demikian dahsyat ini dihasilkan dari proses reaksi fusi nuklir di dalam inti Matahari. Dalam proses ini setiap detiknya kurang lebih 616 miliar ton hidrogen berubah menjadi 612 miliar ton helium.
Dengan keadaan ini, maka Matahari bagaikan reaktor nuklir raksasa dengan kapasitas kerja yang sangat besar. Walaupun demikian, semua proses yang terjadi di dalam perut Matahari ini penuh dengan  keteraturan dan keseimbangan yang tanpa cacat. Proses reaksi fusi nuklir yang super dahsyat ini apabila tidak dalam pengendalian dan pengaturan yang sempurna dapat menimbulkan kegagalan reaksi yang berujung dengan timbulnya ledakan yang tidak terkendali dan menghancurkan kehidupan planet-planet yang menginduk kepada Matahari, termasuk Bumi kita. Namun tampaknya Matahari memang dirancang oleh sang Pencipta-Nya untuk mendukung kehidupan manusia, sehingga segala sesuatu yang terjadi pada Matahari berjalan dalam pengaturan  yang sempurna. Alloh  berfirman:

“Alloh menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (Q.S. Az-Zumar: 62)

Bagaimana perbandingan Matahari dengan Bumi kita? Apabila Matahari kita kecilkan menjadi seukuran bola sepak yang besar, maka Bumi harus kita kecilkan tinggal sebesar biji kacang yang mungil. Dengan perbandingan yang sama, biji kacang ini harus kita letakkan dalam jarak 280 meter dari kedudukan bola sepak untuk menggambarkan perbandingan jarak Bumi ke Matahari. Lalu bintang kedua setelah Matahari yang letaknya terdekat dengan Bumi (Alpha Centauri) harus kita letakkan dalam jarak 78.000 kilometer dari bola sepak, sebagai perbandingan jauhnya jarak bintang Alpha Centauri dengan Matahari. Perbandingan jarak  yang memisahkan Bumi dan planet-planet yang lain dengan  Matahari, lalu Matahari dengan bintang yang lain bukanlah terjadi hanya kebetulan semata, seperti yang diyakini para penganut Darwinisme. Akan tetapi keseimbangan ini adalah perkara yang sepenuhnya dalam pengaturan Sang Maha Pencipta, Alloh I. Alloh  menampakkan semua ini kepada kita sebagai tanda akan Kekuasaan-Nya.Namun jika manusia hanya mengedepankan akalnya semata, hatinya akan terpalingkan dari merasakan tanda-tanda kebesaran-Nya, sebagaimana firman-Nya:

“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Alloh) di langit dan di Bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari-Nya.” (Q.S. Yusuf: 105)

Kita  telah mengetahui bahwa semua benda di jagat raya ini saling bergerak mengelilingi “induk semangnya” masing-masing. Bulan selalu bergerak megelilingi Bumi, lalu Bumi dengan diikuti Bulan bergerak mengelilingi Matahari, lantas Matahari menggelendeng Bumi, bulan dan semua planet dalam sistem tata surya dalam perjalanan yang sangat panjang mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti. Kecepatan bergeraknya Matahari dalam mengelilingi pusat Galaksi Bima Sakti kurang lebih 720.000 kilometer per jam. Suatu kecepatan yang tidak ada bandingannya dalam mekanisme kehidupan manusia di Bumi. Walau bergerak dengan kecepatan demikian tinggi, Matahari masih membutuhkan waktu 220 juta tahun cahaya untuk satu kali proses mengelilingi pusat galaksi. Hal ini karena posisi Matahari kita ternyata terletak di sisi tepi galaksi dengan jarak masih 30.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Dengan keadaan ini, sebenarnya kita selama ini digelendeng oleh Matahari dalam suatu perjalanan peredaran menjelajah alam raya yang maha luas. Tentang perjalanan peredaran Matahari ini Alloh I berfirman:

“Dan Matahari berjalan di tempat peredarannya, demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Yaasiin: 38)

Salah satu proses yang sangat vital bagi kehidupan di Bumi adalah proses fotosintesis tumbuhan hijau. Dari proses inilah dihasilkan oksigen yang mendukung kehidupan manusia di Bumi. Proses fotosintesis hanya dimungkinkan apabila adanya cahaya atau sinar yang kadar radiasinya sesuai dengan molekul klorofil pada daun. Hal ini karena molekul klorofil hanya mampu menggunakan cahaya dengan kisaran panjang gelombang yang sangat terbatas. Ternyata, cahaya Matahari yang radiasinya paling kuat sampai ke permukaan Bumi, dalam kisaran panjang gelombang yang sesuai dengan yang dibutuhkan molekul klorofil pada daun. Apakah ini hanya kebetulan? Jelas tidak. Justru semua ini menunjukkan betapa antara kehidupan  yang ada di Bumi, Matahari dan segenap sifatnya diciptakan oleh satu Dzat yang sama, Yang Maha Agung, Alloh I.
Panjang gelombang cahaya yang demikian sesuai untuk mendukung kehidupan di Bumi adalah hasil dari radiasi temperatur permukaan Matahari dan juga inti Matahari yang sesuai pula. Suhu permukaan Matahari adalah 6000 derajat celsius. Jika temperatur permukaan Matahari lebih tinggi dari yang sekarang, maka akan menghasilkan radiasi sinar ultraviolet yang akan menghancurkan kehidupan di Bumi. Karena radiasi yang berlebihan sinar ultraviolet mampu membelah atom dan dapat menimbulkan kerusakan inti sel makhluk hidup. Keadaan ini dapat menimbulkan mutasi gen yang liar tak terkendali. Padahal, dalam kadar radiasi yang cocok seperti sekarang ini, sinat ultraviolet sangat dibutuhkan manusia dakam proses pembentukan vitamin D dan lain-lain.
Begitu juga jika suhu permukaan Matahari lebih dingin dari yang sekarang, akan menimbulkan guyuran radiasi inframerah yang berlebihan dan hilangnya cahaya yang mendukung kehidupan tumbuhan. Keadaan ini akan berujung pada lenyapnya tumbuhan di muka Bumi dan jika ini terjadi, lenyap juga kehidupan hewan dan manusia.

Di Balik Kedipan Bintang

Berapa banyakkah bintang di langit? Tidak cukup umur seseorang untuk menghitungnya. Karena jika seseorang berumur 100 tahun dan semenjak hari pertama dia lahir ke dunia langsung menghitung angka, yang dalam satu menitnya dia mampu menghitung sampai 100 hitungan, maka sampai akhir hayatnya dia hanya mampu berhitung sebanyak 100 x 60 menit x 24 jam x 365 hari x 100 tahun = 5.256.000.000 hitungan. Jumlah ini barulah 1% dari jumlah bintang yang terdapat di Galaksi Bima Sakti.
Dari zaman ke zaman, memandangi langit yang bertaburan bintang, selalu menjadi sumber inspirasi umat manusia. Memandang indahnya kerlipan warna-warni bintang yang menghampar di langit yang cerah dapat mendatangkan berbagai rasa  dan kesan yang mendalam di hati. Namun sadarkah kita, warna-warni kerlipan bintang dapat memberi gambaran kepada kita mengenai suhu permukaan bintang-bintang tersebut. Bintang yang tampak berwarna biru menandakan suhu permukaannya sangat panas yaitu kurang lebih 35.000 derajat celcius. Bintang yang tampak berwarna biru keputihan bersuhu 20.000 derajat celcius, sedang bintang berwarna putih cerah diperkirakan suhunya 10.000 derajat celsius, sementara bintang berwarna kekuningan (seperti halnya Matahari kita) permukaannya bersuhu 6.000 derajat celcius, lalu bintang yang berwarna jingga sampai dengan kemerahan suhunya diperkirakan “hanya” 3.000-5.000 derajat celsius.
Corak kedudukan bintang di langit sejak zaman awal digunakan untuk menentukan arah atau sebagai kalender. Karena tanpa kita sadari, sebenarnya kita diajak oleh Bumi dan Matahari berkelana di alam raya sehingga dapat menyaksikan corak bintang yang berlainan sepanjang tahun. Dari keadaan ini maka dikenallah “rasi bintang”, yaitu usaha manusia untuk mengelompokkan bintang-bintang berdasarkan kedudukan bintang-bintang itu dilihat dari Bumi. Corak kedudukan bintang ini kemudian dilambangkan dengan sosok tokoh atau hewan dalam mitologi zaman dulu. Padahal sebenarnya bintang-bintang tersebut kedudukannya dapat sangat berjauhan dan tidak ada hubungan satu sama lain.
Pada tahun 1054, penduduk daratan Cina melihat munculnya bintang raksasa berwarna merah cerah. Demikian cerahnya sehingga bintang ini dapat terlihat di siang hari bolong. Bintang raksasa merah ini sering juga disebut “Supernova” yaitu sebuah bintang  yang telah habis kandungan hidrogennya sehinga terjadi peningkatan suhu yang amat dahsyat pada pusatnya hingga bintang itu mengembang sebelum kemudian musnah.

Dunia yang Jauh

Galaksi biasa diartikan sebagai gugusan atau kumpulan bintang-bintang. Satu galaksi adalah kumpulan dari bermiliar bintang. Di alam raya terdapat kurang lebih 100.000 juta galaksi (perhitungan terakhir mencapai 300 miliar galaksi). Galaksi dimana Matahari menjadi salah satu bintangnya, dan Bumi kita pun berada diantaranya adalah Galaksi Bima Sakti.
Bima Sakti adalah galaksi berbentuk lingkaran. Jika terlihat dari arah atas galaksi ini akan tampak seperti bintang laut dengan lengan-lengannya yang menjalar melingkar keluar dari titik tengahnya. Sementara jika dilihat dari penampang samping, Bima Sakti tampak seperti bola cakram dengan sebagian besar bintang terkumpul di bagian tengah. Seberapa luasnya galaksi ini? Jika kita terbang dengan pesawat yang dapat melaju dengan kecepatan cahaya (300.000 kilometer per detik) kita butuh waktu 100.000 tahun untuk melintasi diameter Galaksi Bima Sakti. Jadi, di tengah-tengah Galaksi Bima Sakti, Matahari kita hanya seperti satu debu kecil yang menempel di sebuah gedung besar. Kemudian, apalah artinya Bumi kita, terlebih lagi kita manusia?
Galaksi Bima Sakti dinamai juga Milky Way atau jalur susu. Dinamai demikian karena dari penglihatan manusia di Bumi gugusan bintang ini seperti tumpahan susu yang terserak di langit malam. Dengan mata telanjang kita dapat mengamati pusat galaksi ini. Pada malam hari yang cerah, pusat galaksi ini tampat seperti kabut putih yang menjalar membelah taburan bintang. Pada bulan Juni kabut putih ini tampak di langit sebelah timur, sedangkan pada bulan Oktober kabut putih ini tampak di langit sebelah barat. Yang dalam penglihatan kita tampak seperti kabut putih sebenarnya berisi jutaan bintang yang terkumpul di pusat Galaksi Bima Sakti.
Jarak kita dengan pusat galaksi yang tampak seperti kabut putih ini kurang lebih 30.000 tahun cahaya. Ini artinya jika seseorang berumur 100 tahun dan sepanjang hidupnya digunakan untuk terbang dengan kecepatan seperti cahaya lalu usaha ini diteruskan oleh anak turunannya, maka barulah pada generasi yang ke 300 dapat sampai ke pusat galaksi ini. Suatu perjalanan yang mustahil dapat dilakukan dengan teknologi manusia sampai kapan pun. Padahal di alam raya terdapat ribuan juta kumpulan bintang yang menyusun galaksi yang jarak antar galaksi dipisahkan oleh ruang hampa yang lebarnya ribuan juta tahun cahaya pula.
Demikian luasnya langit di atas kita, dengan berjuta bintang yang tidak satu orang pun yang mengetahui jumlahnya dengan pasti. Setiap bintang yang tampak berserakan di langit sebenarnya tertata dalam tertib yang sempurna. Untuk ini Alloh I berfirman:

“Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Q.S. Adz-Dzaariyaat: 47)

Miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam orbitnya masing-masing. Meskipun demikian, semuanya dalam keteraturan dan kesimbangan yang sempurna. Mulai dari planet-planet dengan bulannya, demikian juga bintang-bintang masing-masing bergerak pada sumbunya sekaligus bergerak dalam sistem orbit yang ditempati. Walau terkadang saling mendahului satu sama lain, namun tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keseimbangan alam semesta. Untuk karya yang demikian sempurna tidak ada yamg mampu menciptakan dan mengendalikannya kecuali hanya Alloh I.

“(Alloh) yang telah menciptakan tujuh langit berlapis lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Q.S. Al Mulk: 3)

Seberapa banyak pengetahuan tentang bintang, galaksi, dan alam raya yang diketahui manusia hanyalah seperti satu tetes kecil dari lautan rahasia pengetahuan di sisi Alloh I. Dan kebenaran hanyalah apa yang ada di sisi Alloh I.

Para Malaikat berkata, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Baqarah: 32)